Senin, 28 Desember 2015

Membangun Jati Diri Yang Mandiri

Kita sering terkagum agan sosok seseorang yang sukses disuatu bidang kegiatan, sehingga terkadang kita lupa akan dahsyatnya kemampuan diri kita hal ini disebabkan kita tidak meyakini akan potensi yang ada didalam diri kita.

Jumat, 25 Maret 2011

Spiritualisme Manajemen

Di dunia bisnis, etika sering dipandang sebagai sesuatu yang dikotomis, tak ada kaitan dan bahkan berlawanan dengan pengelolaan perusahaan. Prinsip umum yang diterima adalah business is business. Tujuannya jelas: maksimalisasi keuntungan ekonomis bagi pemilik perusahaan.
Tetapi buku yang ditulis Gay Hendricks dan Kate Ludeman ini mengungkap suatu fenomena dunis bisnis di Amerika Serikat yang sangat berbeda, yakni berbisnis dengan hati. Banyak pengusaha, kata mereka, yang mempunyai kesadaran etika dalam berbisnis.
Dalam konteks ini, bisnis tidak lagi semata-mata memaksimalkan keuntungan bagi pemegang saham tapi juga harus memanusiakan manusia, mengambil langkah-langkah yang harmonis dengan seluruh partisipan di lingkungan tempat perusahaan berada. Banyak bukti, bisnis yang tidak etis pada ujungnya menyimpan faktor-faktor yang hanya akan menghancurkan dirinya sendiri. Resesi ekonomi AS pada awal 1990-an sering dijadikan contoh dalam soal ini.
Perhatian perusahaan-perusahaan besar pada aspek etikal ini lalu berkembang lebih jauh ke arah spiritualisme manajemen dan bisnis. Satu contoh sebanyak 67.000 pegawai Pacific Bell California telah mengikuti pelatihan Krone, yakni sejenis pelatihan ala New Age. Dan banyak perusahaan multinasional dan perusahaan yang memproduksi merek-merek dunia telah mengeluarkan dana jutaan dolar per tahun untuk membayar para konsultan yang dikenal sebagai bagian kecenderungan spiritualitas baru.
Dunia bisnis yang simpatik terhadap etika dan spiritualitas itu telah membentuk karakter para pelaku bisnis tak ubahnya seperti mistikus atau orang suci yang di kuil, gereja atau masjid. Kesimpulan itu tak berlebihan, karena fenomena spiritualisasi manajemen telah mendorong berbagai perusahaan besar di AS untuk meningkatkan spiritualitas para pimpinan dan karyawannya.
Setelah mewawancarai tak kurang dari 1.000 jam dengan ratusan pengusaha dan eksekuitf perusahaan sukses di AS, kedua penulis ini menyimpulkan bahwa para pebisnis memiliki sifat-sifat yang biasanya dimiliki oleh para mistikus. Mereka melihat perusahaan sebagai perwujudan kolektif roh, mengandalkan intuisinya dan tahu bagaimana cara menggunakannya pada saat diperlukan. Para pebisnis semacam ini oleh kedua penulis buku ini disebut sebagai mistikus korporat.

Alasannya, karena dengan memahami spiritualitas yang dalam, mereka bekerja berasaskan integritas, mengejar visinya dengan penuh semangat dan gairah dan memacu potensi orag-orang yang mereka temui. Mereka terjun ke dunia bisnis sebagai aktualisasi kehendak kata hati dan jiwa disamping tentu untuk memenuhi kebutuhan ekonominya.

Menurut kedua penulis buku ini setidaknya ada 12 karakter pokok yang ada pada mistikus korporat. Diantaranya kejujuran, keadilan, pengenalan diri sendiri, fokus pada kontribusi, bekerja efisien, membangkitkan yang terbaik dalam diri sendiri dan orang lain, terbuka menerima perubahan, keseimbangan, disiplin dan visi jauh ke depan serta fokus perhatian pada yang di depan mata.

Mereka memang tidak mengatakan dirinya telah menguasai sifat-sifat itu. Tetapi seperti disajikan Hendricks dan Ludeman, nyata mereka telah tampil menjadi santa atau sufi di perusahaan besar atau organisasi-oraganisasi modern tempat mereka beraktivitas. Mereka menjaga etika dan menjungjung tinggi nilai spiritualitas. Mereka menjalani hidup dari suatu basis spiritualisasme yang mereka miliki, spiritualisme orang lain dan spiritualisme dunia sekelilingnya. Mereka bergerak dinamis antara dunia spiritualis dan dunia bisnis. Memiliki visi yang membumi, mampu melihat hal-hal secara utuh dan mendetail serta memandang hal-hal dengan pandangan yang egaliter dan berkesetaraan.

Spiritualitas di sini tidak hanya sebagai dogma baku dan terorganisasi, seperti dalam agama, tapi sejenis spiritualitas yang hidup dan dinamis dalam kegiatan keseharian para mistikus korporat itu. Mereka tidak hanya mempercayai, tapi telah mengambil dan membagikan manfaat spiritualitas. Mereka adalah pemimpin, eksekutif dan pengusaha kaliber dunia yang tidak hanya sukses dalam bisnisnya melainkan juga mampu mengolahnya dengan elegan. Mereka sejahtera secara finansial dan spiritual.